Isabella, Marina, Frabelle, Oleh-Oleh Kuliner Bitung
Perjalanan menembus batas, itulah kesan saya
setelah mengadakan fieldtrip (study banding) ke salah satu pabrik
pengolahan ikan kaleng di Bitung, Jumat siang (25/1/2013).
Memasuki wilayah Bitung, cuaca panas pelabuhan
terasa menyengat di badan. Maklum, rombongan saya berasal dari kota
sejuk Tomohon. Jojon, sopir bus elf yang kami tumpangi segera menyalakan
AC. Kegerahan dalam bus itu, mulai terasa berkurang.
Dari balik kaca bus, tampak deretan pabrik-pabrik
pengolahan ikan kaleng, minyak kelapa, soft drink berjajar di pinggir
pantai Bitung, Sulawesi Utara. Kapal-kapal Cargo besar, termasuk kapal
penumpang dan kapal nelayan ukuran besar kecil, juga terlihat bersandar
di kota pelabuhan, kawasan Industri terbesar di Indonesia Timur.
Akhirnya kami tiba di depan pintu PT. Sinar Pure
Foods International. Seorang satpam menghentikan laju bus kami untuk
diperiksa. Yah, ada papan tertulis “tamu wajib lapor”. Satpam
itu bertanya dari mana asalnya dan mau apa. Saya menjawab, bahwa kami
sudah ada appointment terlebih dahulu dengan Ibu Detty bagian HRD. Kami
dipersilahkan masuk namun kami harus melapor dan kemudian diberi name
tag “Visitor” yang wajib dijepitkan di baju.
17 orang turun dan langsung memberitahukan
kedatangan kami di ruang resepsionis. Tak lama kemudian kami diterima
oleh staff dan mulailah kami berjalan di antar oleh Ibu Lus keliling
pabrik.
Tak sedikit yang mengusapkan dahi dan leher karena
basah oleh keringat tatkala kami dibawa keliling melihat pabrik. Memang,
Bitung kota pelabuhan yang bersuhu panas. Namun demikian, beberapa kali
kota ini menyabet Adipura atas kebersihan dan tata kota yang baik.
“Nah, itu kapal-kapal kami yang membawa ikan-ikan
yang nanti akan disetor untuk diolah di pabrik” ucap Ibu Lus setibanya
kami di dermaga. “Kapal-kapal itu joint venture dengan pengusaha dan
jumlah yang kami miliki ada 90 kapal, Setiap hari kami menampung
ikan-ikan tuna pilihhan untuk diproses di sini” lanjut Ibu Lus.
Beberapa siswa yang saya bawa, tertegun melihat
kapal-kapal penangkap ikan warna hijau yang bersandar. Laut di sekitar
dermaga yang kami injak tak luput dari perhatian mereka. “Tuh ada
ikan-ikan moncong panjang. Wuih banyak ikannya ya?” teriak Klant sambil
tertegun melihat ke bawah laut.
“Oke kita ke atas saja” kata Bu Lus mengajak kami
ke ruangan meeting yang berada di lantai atas bersebelahan dengan tempat
pembersihan ikan tuna.
Setelah semua berada di ruang atas, sebelum Ibu Lus
menerangkan, kami sempat mengintip proses pembersihan ikan untuk
diambil daging putihnya saja tanpa menyertakan daging merahnya. Konon
penyebab alergi gatal-gatal setelah makan ikan disebabkan oleh daging
merah ini karena mengandung vistamine.
“Kami memproduksi dalam dua jenis. Jenis lokal atau
produk lokal dan produk yang eksport keluar negeri. Pangsa pasar kami
terbesar Amerika (80%). Sedangkan 20%nya Eropa terutama UK (Inggris).
Orang Amerika suka dengan daging ikan Tuna yang putih” lanjut Ibu Lus
membuka pembicaraan di ruang meeting itu.
Selanjutnya dikatakan bahwa dulu kami hanya
memproduksi khusus untuk di eksport. Tapi sekarang ini kami juga
memproduksi untuk customer (konsumen) lokal atau dalam negeri.
“Gencarnya promosi wisata Manado dan sekitarnya
berakibat pada meningkatnya permintaan pasar akan ikan kaleng Tuna
produk lokal sebagai oleh-oleh kuliner bagi wisatawan yang melancong ke
sini” lanjutnya.
“Isabella, Marina, Frabella adalah nama-nama produk
lokal kami. Bisa ditemukan di supermarket-supermarket di Manado,
Tomohon. Pasti ada yang bertanya kenapa kok nama-namanya seperti Keke
Manado? Apa tidak ada yang lain? Ada. Produk baru kami ada berlabel nama
Pantai Manado.Silahkan lho kalau mau mencicipi” ajak Bu Lus sambil
menunjuk daging Tuna yang ada di atas meja di depannya.
“Dari kaleng, langsung dibuka lalu dimakan
bisa. Mau dimasak lagi juga bisa. Campur bawang, garam dan tomat” jelas
Bu Lus dengan bersemangat. Sementara wajah keraguan membuncah di wajah
kami yang asyik mendengarkan penjelasan Ibu Lus. Wah, harus dibuktikan
dengan mencicipi nih, batin saya. Tapi sabar ya. Masih ada penjelasan
soal Isabella, Marina, Frabell dan Pantai Manado.
Isabella TSG (Tuna Sambal Goreng) dijual dengan
harga Rp. 7.000,-/kaleng. Isabella TSW (Tuna Saus Woku) dijual dengan
harga yang sama dengan TSG. Begitu pula Isabella TFO (Tuna Flake Oil).
Frabell lebih
mahal karena kualitasnya kualitas ekspor. Ada tiga macam olahan yang
berlabel Frabell yaitu Fravel TCO (Tuna Chunk In Oil) potongan ikan tuna
dalam minyak nabati, Kornet Ikan Oles, dan Kornet Tuna Iris dengan
kentang. Dijual dengan harga Rp. 9.000,- /kaleng.
Sedangkan Marina adalah khusus untuk olahan jenis
Kornet Tuna, lebih murah karena untuk customer dalam negeri. Yang khas
Manado, diberi label Pantai Manado dan ada dua jenis yaitu woku dan saus nasi goreng.
Ukuran pengalengan untuk produksi lokal,
307 ml, Ini lebih kecil dari order Deepblue (eksport) yang berukuran
605 ml. Biasanya untuk kebutuhan rumah sakit di Amerika.
Dijadikan oleh-oleh karena olahan bumbu khas Manado. “Kalau beli di sini 1 karton 300 ribu. 1 karton isinya 48 kaleng. Gisinya tinggi karena disukai oleh konsumen. Bisa tahan 5 tahun” kata Bu Lus.
Sehari pabrik ini memproduksi hingga 100 ton
sehari. 1 karyawan bisa membersihkan ikan Tuna sebanyak antara 15-17 kg
per jam. Jam kerja mereka 7 jam per hari. Jumlah karyawannya per shift
ada 600 orang. Bisa dibayangkan betapa banyak jumlah yang diproduksi.
Oh ya ada dua jenis ikan Tuna yang dipilih untuk diolah oleh pabrik adalah jenis Yellofin (Sirip Kuning) ukurannya bisa 100 hingga 200 kg dan SkipJack atau Oceanic Bonito, bisa mencapai 7,5 kg lebih.
Anda tertarik membawa Isabella, Marina, Frabell dan
Pantai Manado sebagai oleh-oleh unik dari kota Bitung? Tak ada ruginya
membawakan oleh-oleh itu buat keluarga, kenalan atau teman kantor anda.
Betapa tidak.
Kandungan omega-3 dalam ikan Tuna bermanfaat untuk
menurunkan kadar cholesterol darah, menghambat proses penyumbatan
pembuluh darah dan berperan penting bagi pertumbuhan fisik anak.
Berbbagai macam mineral yang terkandung dalam ikan Tuna adalah iodium,
selenium, kaltium dan natrium. Mengkonsumsi ikan tuna 30 gram sehari,
selain kadungan mineralnya juga sangat baik untuk pemeliharaan sel
epitel, imunitas tubuh, pertumbuhan dan penglihatan.
Demikian dijelaskan oleh Ibu Lus sambil menunjuk
pada brosurnya. Setelah penjelasan kami sedikit berebut untuk
menggoyangkan lidah dengan ikan tuna kaleng produk lokal yang sudah
dibuka dan ditaruh di piring. Banyak yang merasakan enak pada ikan tuna
kaleng olahan khas Manado daripada yang dieksport karena hanya dicampur
garam saja.
Selesai mencicipi kami lalu pulang kembali ke Tomohon.